Rubrik Potret: hal. 12-14.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWntMpEc5VVfdLlA-94AGGg9EzdKG1nb8xfdW89f8_iY5V0XgsVTlJXfRIwjjkMJkzqNSjTwPSCG8F3JqBu9QLDo6qBPiJJ0Ak97AwShbUE36BNA4aH2f8tXVL2K1SByAw3-bUCxOrzTZN/s200/ayu2.jpg)
FOTO HIDUP TERAKHIR: Ayu Basalama (kanan) memegang Tab bnn ed57 yang memuat berita penganiayaan dirinya ketika diculik dan dianiaya, didampingi Ketua Umum Forum komunikasi Waria Indonesia, Yulianus Retoblaut SH, alias mami Yuli, saat diwawancarai bnn setibanya di Bandara Sam Ratulangi Manado dari Jakarta, hari Rabu pagi, 05 Juni 2013. Ini menjadi foto terakhir Ayu semasa hidupnya dikamera bnn. (Foto: dok bnn/ape)
Bupati SS Landjar Otak Pembunuhan!?
Belum selesai mengurus kasus
penganiyaan dalam penculikan atas dirinya di lembaga-lembaga hukum daerah
hingga pusat, Bayu
Abdullah Basalama alias Ayu
(47) hari Senin, 17 Juni 2013, ditemukan
tewas di salon kecantikan tempat usaha yang sudah sekian tahun dirintisnya.
Kota Kotamobagu bahkan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) gempar. Pasalnya beberapa minggu sebelum dia dibunuh, Ayu
berjuang menghadapi proses hukum yang sudah dilaporkannya ke Polres Bolaang
Mongondow, Polda Sulut, bahkan hingga ke Mabes Polri, soal penculikan dan
penganiayaan dirinya, dengan dugaan didalangi Bupati Bolaang Mongondow Timur
(Boltim) Sehan Salim Landjar. Namun, apa mau dikata, belum lagi selesai
menanti kepastian hukum yang jelas dan adil, akhirnya perjuangan Ayu berakhir
dengan kematian? Siapa sesungguhnya pembunuh dan siapa otak pembunuhan Ayu?
AIR MATA
keluarga kembali merebak, dan dendang tangis tak sanggup ditahan keluarga,
begitu adik kandung Ayu, Fatmawati Basalama (42) mengisahkan cerita sebelum Ayu
tewas, hari Minggu malam, 16 Juni 2013, sekitar pukul 20.00 WITA. Tim bnn
yang sengaja datang ke kediaman keluarga
Basalama (orang tua Ayu, red) di
Dayanan, kelurahan Gogagoman, Kotamobagu, hari Rabu 22 Juni 2013 itu, ikut
terjebak dalam kesedihan keluarga yang sungguh-sungguh merasakan kehilangan Ayu
yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga sederhana yang hidup pas-pasan
tersebut.
Betapa
tidak, kendati Ayu cuma seorang waria yang acap dipandang sebelah mata oleh
banyak pihak yang merasa dirinya sempurna, tetapi di mata keluarga, Ayu adalah
anugerah Tuhan yang selalu siap membantu siapa saja yang butuh pertolongan.
Makanya, dari figur waria itu, sejumlah keponakannya bisa menikmati bangku
sekolah bahkan ada yang sempat menyelesaikan S1 di perguruan tinggi. Dan, bagi
Fauziah Basalama (65), ibu kandungnya, Ayu adalah perpanjangan tangan Allah untuk
menolong keluarga besarnya. "Saya hingga saat ini (setelah Ayu tewas, red), masih tinggal di rumah pribadi
Ayu bersama beberapa orang yang dibiayai
Ayu," ujar Fauzia terbata-bata.
Dia
mengaku sangat kehilangan atas tewasnya Ayu. Dan, ketika Fatmawati mulai
bertutur seputar peristiwa yang disaksikannya semalam sebelum Ayu ditemukan
tewas mengenaskan hari Senin siang, 17 Juni 2013, Fauzia pun tak bisa menutupi
kesedihannya. Air mata sang ibu kandung itu tak henti-hentinya mengalir,
kendati anak kesayangannya sudah beberapa hari berpulang ke pangkuan Sang
Khalik.
Fatmawati
bertutur: "Saya dan anak saya, Indriani Paputungan (15), datang berkunjung
ke salon Ayu malam itu untuk menggunting rambut Indri."
Dan,
seperti biasanya, Ayu ceria menyambut mereka. Tetapi karena salonnya di Jl
Datoe Binangkang itu sedang ramai dengan pengunjung, Ayu menyarankan agar Indri
kembali saja besoknya, hari Senin pagi sekitar pukul 09.00 WITA. "Memang saat
kami tiba di salon malam itu, kami melihat Ayu sedang berbincang dengan 4 orang.
Di antara tamu-tamu itu, ada yang sedang menggunting rambut. Tak lama setelah
Ayu menyapa kami, dia pun beranjak ke counter
HP di depan salon, lalu beberapa saat kemudian dia kembali ke salon dan
menggunting rambut seorang tamu," ungkap Fatmawati Basalama, yang akrab
dipanggil Fat.
Sesudah
itu, ungkap Fat, mereka keluar dari salon dan sempat melihat sebuah mobil,
Yaris berwarna putih, berhenti di depan salon. Terlihat jelas di mobil itu
melekat stiker logo Muhammad Salim
Landjar (salah satu calon yang tampil di Pilwako Kotamobagu). "Terus
terang, saya curiga melihat gerak gerik orang-orang yang ada di dalam mobil itu.
Namun karena sudah larut malam, Ayu pun keluar dari salon menemui kami dan
menyuruh supaya kami langsung pulang dan nanti kembali esok, sambil memberikan
uang jajan kepada Indri," tutur Fat.
Tapi,
ketika dia dan Indri beranjak pulang, tambah Fat, dia sempat menengok ke mobil Yaris
putih tersebut. Lima orang di dalam mobil menunjukkan gerak gerik yang sangat
mencurigakan. Bahkan, tegas Fat, dia melihat dua dari lima orang itu sempat
turun dari mobil. "Namun ketika melihat kami, mereka langsung berpaling
dan seakan-akan hendak menyembunyikan
wajah mereka," katanya.
Keesokan
harinya, Senin, 17 Juni 2013, sekitar pukul 14:00 WITA, Fat dan Indri langsung
bergegas ke salon Ayu karena hari sudah petang, sedangkan Ayu meminta mereka
untuk datang pukul 09.00 pagi. Sebelumnya, beberapa kali Fat mencoba
menghubungi HP Ayu demi memberitahu bahwa mereka akan datang terlambat, tapi HP
Ayu tidak akatif. "Langsung saja walau sudah beberapa jam terlambat saya
ajak Indri ke salon Ayu. Setiba di situ saya merasakan sesuatu yang tidak
seperti biasanya, sebab tak biasa sudah lewat tengah hari Ayu belum membuka
salonnya, karena pintu depan terkunci dan di dalam salon tak terdengar ada
kegiatan sedikitpun," ungkap Fat.
Barulah
setelah Indriani berjalan ke arah toilet di belakang salon itu, Fat diberitahu
bahwa pintu belakang salon dalam keadaan terbuka. Merasa curiga melihat situasi
itu, remaja cantik itu segera masuk ke dalam. Namun, betapa kagetnya Indri
begitu melihat lantai salon dan tempat cuci (wastafel) penuh dengan darah. Selain itu, Indri juga melihat ada kaki
orang dalam kondisi yang terikat.
Tak
kuat melihat situasi tersebut, Indri langsung berlari ke luar dan memanggil
ibunya. "Langsung saja kami bersama-sama masuk dari pintu belakang itu.
Ternyata kami melihat tubuh Ayu berlumuran darah, dan kami pun langsung
berteriak. Mendengar teriakan kami, sejumlah tetangga pun langsung berdatangan
ke salon, sehingga tempat tersebut langsung di penuhi warga sekitar,"
papar Fat.
Menurut
Fat, Ayu mereka temukan dalam posisi terlentang di sofa sudah tak
bernyawa. Tangan dan kakinya terikat,
mulutnya disumpal lakban putih, sedangkan wajahnya lebam membiru. Dan, telinga,
mata, dan kepalanya, berlumuran darah akibat hantaman benda keras.
***
MENYIKAPI
kematian Ayu, Keluarga Basalama diwakili Gathan Basalama (45) adik kandung Ayu mengatakan
kepada bnn, mereka sangat kecewa dengan peristiwa kematian Ayu yang sangat
sadis dan tidak manusiawi itu.
Gathan
pun secara terbuka menyatakan kekecewaan keluarga pada kinerja lembaga-lembaga
hukum yang ada di Indonesia. "Pasalnya, ketika Ayu diculik dan dianiaya,
kami sudah sempat demo di Mabes Polri dengan harapan supaya Kapolri dapat
menindak tegas dan memeriksa tuntas kasus penculikan dan penganiyaan Ayu. Kami
pun langsung diterima di ruangan Kadiv Humas, dan pihak Mabes Polri menjanjikan
kami waktu satu minggu, kasus itu akan segera dituntaskan," kata Gathan.
Setelah
itu perjuangan mencari keadilan itu berlanjut hingga ke Komnas HAM, Ombutsman, Kontras,
dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). "Bahkan di LPSK itu kami
lapor dan meminta supaya saudara kami Ayu dan keluarganya diberikan
perlindungan. Tapi beberapa dari kami termasuk kerabat-kerabat dekat keluarga,
dikatakan LPSK akan dirapat paripurnakan terlebih dahulu paling kurang satu
bulan," ujar Gathan.
Mendengar
jawaban tersebut, ungkap Gathan, keluarga Ayu sempat marah dan meminta
kejelasan. "Yang benar aja, masa saudara kami sudah jadi korban koq harus
tunggu satu bulan? Namun pihak LPSK menjelaskan bahwa saat ini mereka masih
mempriotaskan para koruptor. Karena kecewa mendengar jawaban itu, kami sempat
berdebat dan menanyakan apa bedanya kasus para koruptor dan kasus penindasan
penguasa kepada masyarakat kecil seperti kami?" tutur Gathan seputar
kinerja LPSK yang sungguh-sungguh mengecewakan itu.
Hingga
Ayu tewas bahkan sampai saat berbincang dengan bnn saat itu, tegas
Gathan, tidak sedikit pun ada tanda-tanda perlindungan dari LPSK. "Memang satu
hari setelah Ayu dibunuh, ketika salah seorang rekan keluarga kami menanyakan
kembali soal perlindungan terhadap Ayu dan keluarganya kepada pihak LPSK,
mereka menjawab bahwa LPSK sudah mengutus 4 orang. Kami merasa pernyataan itu
aneh, karena sepanjang masa hidup Ayu setelah diculik dan dianiaya hingga dia
dibunuh, Ayu dan kami keluarga tidak pernah menerima pemberitahuan itu apalagi
perlindungan. Kami yakin, bila perlindungan dari LPSK itu ada, pasti Ayu belum dibunuh hingga
saat ini. Jadi, apa sesungguhnya fungsi LPSK itu? Bagi penguasa atau para
koruptor yang banyak uang mungkin ya. Tapi bagi rakyat kecil, institusi yang
pasti juga didanai uang negara alias uang rakyat itu sebaiknya dibubarkan saja,
karena LPSK itu cuma jadi benalu bagi masyarakat kecil di negeri ini,"
tegas Gathan.
Tak
cuma kinerja LPSK yang jadi sasaran kekecewaan keluarga besar Basalam, tetapi
juga kinerja Polres Bolaang Mongondow hingga Polda Sulut. Pasalnya sederhana
saja, tutur Gathan, sambil berujar: "Mengapa baru setelah Ayu tewas, para
tersangka yang terlibat pada kasus sebelumnya (penculikan dan penganiayaan Ayu,
red) tiba-tiba saja langsung
ditangkap. Ini semua aneh, seperti sudah diatur dalam sinetron, karena
berkali-kali kami melaporkan kasus itu ke Mapolres Bolaang Mongondow bahkan ke
Mapolda Sulut, tetapi para pelaku kejahatan itu tidak ditangkap. Semua ucapan
dan janji pihak Kepolisian cuma jadi sorga telinga saja," ungkap Gathan
geram.
Menurut
dia, andaikan pada kasus pertama kedua institusi Kepolisian itu (Polres Bolmong
dan Polda Sulut, red) serius
melakukan tugasnya, keluarga sangta yakin tidak mungkin peristiwa pembunuhan
Ayu itu bisa terjadi. "Ini keyakinan seluruh keluarga, sehingga kini kami
menilai kinerja Polisi sangat lambat, dan selalu saja pilih kasih," tegas Gathan.
Alasannya,
pihak keluarga Ayu merasa dibohongi Polres Bolmong, sebab ketika Gathan dan Ayu
mengecek perkembangan laporan kasus pertama itu, salah satu kepala bagian
operasi (KBO) di Polres Bolmong berujar: "Para pelaku esok sudah akan
ditangkap, dan sudah ada sprin (surat perintah, red) penangkapan. Tapi setelah kami cek ke beberapa anggota buser Polres
Bolmong, ternyata sprin itu tidak pernah ada!" tutur Gathan.
Sejak
itulah, menurut Gathan, seluruh keluarga menilai ada yang tidak beres di Polres
Bolmong, sehingga keluarga langsung berjuang ke Jakarta agar aspirasi keluarga
besar Ayu didengar oleh Presiden dan Kapolri.
Gathan
mengatakan, baik pada peristiwa penculikan dan penganiayaan, bahkan kemudian juga
peristiwa pembunuhan Ayu, keluarga besar Basalama yakin dan berani menyimpulkan
serta menuding bahwa Bupati Boltim, Sehan Salim Landjar-lah dalangnya. "Makanya,
ketika membaca pemberitaan bnn di edisi 57 hal. 12-13 berjudul "Bupati
Boltim Dalangi Penculikan Ayu,"
substansi berita itu menyejukkan hari keluarga. Karena itulah fakta peristiwa
sebanrnya. Semuanya benar, tidak ada yang salah, karena keluarga punya bukti
yang kongkrit dan bisa kami buktikan di pengadilan seperti yang dituliskan bnn."
Hingga
berita naik ke meja sunting redaksi di Jakarta, Bupati Boltim, Sehan Salim
Landjar, belum berhasil dikonfirmasi. Sedangkan Kapolres Bolmong, AKBP Hisar
Siallagan, ketika dikonfirmasi hari Minggu, 23 Juni 2013, mengatakan bahwa
kasus tewasnya Ayu masih dalam penyidikan. "Pokoknya tunggu aja
waktunya, yang pasti untuk kasus ini kami tidak main-main. Siapa saja yang
terlibat pasti kami tangkap," tegas Siallagan.
Sejumlah
tokoh masyarakat Bolmong yang enggan namanya dimediakan ketika diwawancari bnn,
mengapresiasi semangat Kapolres dalam membongkar kasus pembunuhan Ayu. Bahkan salah
seorang tokoh masyarakat berujar menantang Kapolres: "Pak, jika keluarga Basalama
berani menuding Bupati Sehan Salim Landjar, berarti mereka punya dasar atau
bukti. Jadi, kami sarankan kalau Bupati
tersebut memang terlibat, buktikan bahwa Pak Kapolres siap menangkap dan memenjarakan Bupati Boltim itu, supaya
tak ada lagi korban-korban berikut.
***
HAMPIR dua
pekan sebelum Ayu dibunuh, hari Rabu pagi sekitar pukul 07.00 WITA, 05 Juni
2013, Ayu dan sahabatnya Ketua Umum Forum Komunikasi Waria Indonesia, Yulianus
Retoblaut SH alias mami Yuli, sempat
diwawancarai wartawan bnn, Adrian Pusungunaung, dan crew
GOTV, Kristian Tangkere, di Bandara
Sam Ratulangi setiba mereka dari Jakarta. Malam harinya, GOTV langsung menayangkan hasil wawancara itu
dengan durasi sekitar 6 menit.
Saat
wawancara itulah, Ayu berterima kasih kepada bnn karena sudah memberitakan pada ed57 hal.
12-13 fakta yang memang sesungguhnya dialaminya.
Menurut
Ayu, keesokan harinya setelah Tabloid bnn ed57 itu beredar di Jakarta dan
di Sulut, tiba-tiba saja dia ditelpon oleh penyidik Polda dan menyampaikan
bahwa Polda Sulut sudah menetapkan beberapa tersangka atas laporan penculikan
dan penganiyaan yang dialaminya pada 17 Maret 2013. "Saya dan keluarga mengucapkan
banyak terima kasih kepada Tabloid bnn, karena sudah menaikkan berita
yang sesuai dengan fakta yang saya alami ketika diculik dan disiksa itu,"
kata Ayu kepada bnn.
Ketua
Umum Forum Komunikasi Waria Indonesia
(FKWI), mami Yuli, mengecam keras peristiwa penculikan dan penganiyaan tersebut.
"Siapapun dan apapun status pelaku dan dalangnya, sepantasnya mereka
mendapat perlakuan hukum yang setimpal dengan perbuatan mereka yang sadis
itu," kata Yuli.
Dan,
Yuli mengatakan pula, siapapun dan apapun status Ayu, yang penting dia Warga
Negara RI, pasti FKWI akan membelanya. "Apalagi Ayu adalah salah satu
anggota atau kaum kami, maka wajarlah bagi kami untuk memperjuangkan kasus ini
sampai tuntas. Pasalnya, peristiwa yang
dialami Ayu tergolong sadis, sehingga dalam penilaian kami kasus Ayu itu adalah
kategori kasus pelanggaran HAM berat. Maka apapun yang terjadi, sampai titik
darah penghabisan HAM harus ditegakkan, karena HAM adalah bagian atau hak dari
setiap manusia yang hidup di NKRI," tegasnya.
Yuli
mengatakan, kehadirannya di Sulut selain mengujungi satu kegiatan di Kota Kotamobagu,
dia juga akan mencoba untuk mengklarivikasi kasus Ayu dan memastikan
kebenaranya, sehingga nanti di pusat (Jakarta) kami semua akan bergandengan
tangan untuk berjuang dan membantu Ayu sampai ke lembaga-lembaga pusat seperti
Komnas HAM, LPSK, Kontras, Ombutsman, Mabes Polri, dan bahkan sampai ke
Presiden.
Dengan
harapan, kata dia, peristiwa pelanggaran HAM ini harus mendapat kepastian dan
keadilan hukum yang benar dan adil. "Karena siapapun dia, kalau dia itu
bersalah, maka dia itu harus di adili. Jika nanti kami temukan ada permainan di
kasus penculikan dan penganiayaan Ayu, maka kami akan terus maju dan akan
melakukan gerakan-gerakan demo di Jakarta, seperti aksi damai di kantor-kantor
pusat dengan tujuan mendorong pemerintah
agar para pelaku dapat didatangkan ke Mabes Polri," tutur Yuli.
Kepada
bnn
Ayu pun sempat menceritakan perjuangannya di Jakarta, bahwa setelah sepuluh
hari di ibukota, dia sudah sempat menggelar jumpa pers di Komnas HAM, dan sudah
ada kemajuan atau titik terang.
Bahkan
Polda Sulut, kata dia, sudah menghubunginya dan menyampaikan bahwa beberapa
orang yang terlibat dalam pemukulan seperti okunum Ajudan Bupati Boltim Bripka RM
alias Onal, sudah mengakui perbuatannya di hadapan penyidik Polda. "Info
itu mengatakan, Onal mengakui bahwa yang menyuruhnya menculik dan menganiaya
saya, adalah adik Ipar Bupati Boltim bernama
Romi Runggio. Info itu disampaikan oleh Ibu Elizabeth, salah satu penyidik di
(Reskrim, red)) Polda Sulut via HP kemarin,
04 Juni 2013," ungkap Ayu.
Dan,
atas dasar pemberitaan Tabloid bnn edisi 57 hal. 12-13, Ayu
mengatakan bahwa dia minta kepada para penegak hukum ayu agar Bupati Sehan
Landjar, Istrinya, dan adiknya, harus diperiksa dan diusut sampai tuntas. "Sebab
saya menduga, otak di balik penculikan dan penganiyaan terhadap saya adalah
Bupati Boltim. Pasalnya, kronoligis peristiwa yang tertulis di Tab bnn
itulah fakta yang sungguh-sungguh terjadi pada saya," tutur Ayu.
Akibat
penganiyaan yang dialaminya itu, Ayu sempat mengatakan bahwa salaa satu bagian
mata sebelah kanannya sudah divonis dokter terancam cacat, akibat luka memar
yang dialaminya pada kasus tersebut. "Hasil itu saya peroleh setelah memeriksakan
mata saya itu pada 7 orang dokter ahli mata, di salah satu rumah sakit mata di
Jakarta. Selain itu, bagian dada saya yang mengalami patah tulang, kini sangat
terganggu bila saya bekerja. Dan, yang paling menyedihkan, kepala saya ini kalau
berpikir terlalu banyak langsung terasa pusing dan sakit sekali. Kendati saya sudah
berobat, sampai saat ini tetap masih sakit," ujar Ayu.
***
HARI
Minggu sekitar pukul 16.00 sore, 16 Juni 2013, beberapa jam sebelum Ayu
dibunuh, bnn sempat mengontak Ayu di Kota Kotamobagu melalui HP dari
Wewelen, Tondano, Kabupaten Minahasa. Saat itu, Ayu menjawab pertanyaan bnn,
bahwa perkembangan proses hukum atas penganiyaan dirinya berjalan lambat.
"Entah mengapa seperti itu, yang jelas dari pemberitaan pun saya agak
protes, karena ada fakta yang menyimpang pada penganiyaan diri saya itu,"
kata Ayu, dalam perbincangan jarak jauh sekitar 20 menit dengan bnn.
Menyusul
fakta yang menyimpang pada pemberitaan koran lokal berskala provinsi di Sulut
itu, Ayu mengatakan, dia akan mencari dan menghubungi si wartawan untuk klarivikasi
berita yang ditulisnya. Alasannya, papar Ayu, di dalam berita harian terbitan
hari Sabtu, 15 Juni 2013, tertulis kalimat: Kapolres Bolmong, AKBP Hisar
Siallagan SIk, memberikan komentar bahwa sopir Landjar jadi tersangka kasus
aniya banci. "Padahal, kan saya sudah katakan dan diberitakan bnn,
bahwa yang menculik dan menganiaya saya adalah Ajudan Bupati Boltim yang oknum Polisi,
bukan sopir," ujar Ayu.
Tak
jelas apakah Ayu sudah menghubungi awak media itu dan sudah menyepakati tempat
pertemuan tersebut, maka bnn menyarankan agar Ayu lebih lagi
berhati-hati bila berhubungan dengan orang-orang yang belum terlalu dikenalnya.
Soal niat Ayu untuk bertemu dengan awak media tertentu itu, seorang tante Ayu (Silvy)
yang berdomisili di Jakarta membenarkan kepada bnn Sulut.
Menurut
Silvy, sekitar pukul 19.00 WIB atau sekitar pukul 20.00 WITA, Ayu mengontak dia
dan mengabarkan bahwa Ayu akan menemui wartawan dari salah satu harian lokal di
Sulut, demi mengklarivikasi fakta berita yang salah soal penculikan dirinya.
Berkehendak
lebih jauh untuk mengetahui apakah rencana pertemuan itu sudah disepakati Ayu
dan awak media tersebut, bnn Jakarta mengontak Silvy. Namun,
Silvypun tak jelas, apakah Ayu sudah berkomunikasi dengan si wartawan, pada jam
berapa, serta kapan waktu pertemuan dan
di mana tempatnya. Dari perbincangan sekitar 10 menit dengan Silvy, bnn
tak banyak mendapat dukungan data, sebab Silvy terkesan agak menutup diri
terhadap media. (tim)
http://sex-hot-kotamobagu.blogspot.com/
BalasHapus