Senin, 26 Agustus 2013

Kasus Pembunuhan keji di Bolaang Mongondow Timur (Sulut) bukti bobroknya Lembaga Negara & hukum di Indonesia.

Rubrik Potret: hal. 12-14.
Ayu Basalama Tewas





FOTO HIDUP TERAKHIR: Ayu Basalama (kanan) memegang Tab bnn ed57 yang memuat berita penganiayaan dirinya ketika diculik dan dianiaya, didampingi Ketua Umum Forum komunikasi Waria Indonesia, Yulianus Retoblaut SH, alias mami Yuli, saat diwawancarai bnn setibanya di Bandara Sam Ratulangi Manado dari Jakarta, hari Rabu pagi, 05 Juni 2013. Ini menjadi foto terakhir Ayu semasa hidupnya dikamera bnn(Foto: dok bnn/ape)

 

Bupati SS Landjar Otak Pembunuhan!?

Belum selesai mengurus kasus penganiyaan dalam penculikan atas dirinya di lembaga-lembaga hukum daerah hingga pusat, Bayu Abdullah Basalama alias  Ayu (47) hari Senin, 17 Juni 2013, ditemukan tewas di salon kecantikan tempat usaha yang sudah sekian tahun dirintisnya. Kota Kotamobagu bahkan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) gempar. Pasalnya  beberapa minggu sebelum dia dibunuh, Ayu berjuang menghadapi proses hukum yang sudah dilaporkannya ke Polres Bolaang Mongondow, Polda Sulut, bahkan hingga ke Mabes Polri, soal penculikan dan penganiayaan dirinya, dengan dugaan didalangi Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sehan Salim Landjar. Namun, apa mau dikata, belum lagi selesai menanti kepastian hukum yang jelas dan adil, akhirnya perjuangan Ayu berakhir dengan kematian? Siapa sesungguhnya pembunuh dan siapa otak pembunuhan Ayu?

AIR MATA keluarga kembali merebak, dan dendang tangis tak sanggup ditahan keluarga, begitu adik kandung Ayu, Fatmawati Basalama (42) mengisahkan cerita sebelum Ayu tewas, hari Minggu malam, 16 Juni 2013, sekitar pukul 20.00 WITA. Tim bnn yang sengaja datang ke  kediaman keluarga Basalama (orang tua Ayu, red) di Dayanan, kelurahan Gogagoman, Kotamobagu, hari Rabu 22 Juni 2013 itu, ikut terjebak dalam kesedihan keluarga yang sungguh-sungguh merasakan kehilangan Ayu yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga sederhana yang hidup pas-pasan tersebut.
Betapa tidak, kendati Ayu cuma seorang waria yang acap dipandang sebelah mata oleh banyak pihak yang merasa dirinya sempurna, tetapi di mata keluarga, Ayu adalah anugerah Tuhan yang selalu siap membantu siapa saja yang butuh pertolongan. Makanya, dari figur waria itu, sejumlah keponakannya bisa menikmati bangku sekolah bahkan ada yang sempat menyelesaikan S1 di perguruan tinggi. Dan, bagi Fauziah Basalama (65), ibu kandungnya, Ayu adalah perpanjangan tangan Allah untuk menolong keluarga besarnya. "Saya hingga saat ini (setelah Ayu tewas, red), masih tinggal di rumah pribadi Ayu bersama beberapa orang  yang dibiayai Ayu," ujar Fauzia terbata-bata.
Dia mengaku sangat kehilangan atas tewasnya Ayu. Dan, ketika Fatmawati mulai bertutur seputar peristiwa yang disaksikannya semalam sebelum Ayu ditemukan tewas mengenaskan hari Senin siang, 17 Juni 2013, Fauzia pun tak bisa menutupi kesedihannya. Air mata sang ibu kandung itu tak henti-hentinya mengalir, kendati anak kesayangannya sudah beberapa hari berpulang ke pangkuan Sang Khalik.     
Fatmawati bertutur: "Saya dan anak saya, Indriani Paputungan (15), datang berkunjung ke salon Ayu malam itu untuk menggunting rambut Indri."
Dan, seperti biasanya, Ayu ceria menyambut mereka. Tetapi karena salonnya di Jl Datoe Binangkang itu sedang ramai dengan pengunjung, Ayu menyarankan agar Indri kembali saja besoknya, hari Senin pagi sekitar pukul 09.00 WITA. "Memang saat kami tiba di salon malam itu, kami melihat Ayu sedang berbincang dengan 4 orang. Di antara tamu-tamu itu, ada yang sedang menggunting rambut. Tak lama setelah Ayu menyapa kami, dia pun beranjak ke counter HP di depan salon, lalu beberapa saat kemudian dia kembali ke salon dan menggunting rambut seorang tamu," ungkap Fatmawati Basalama, yang akrab dipanggil Fat.
Sesudah itu, ungkap Fat, mereka keluar dari salon dan sempat melihat sebuah mobil, Yaris berwarna putih, berhenti di depan salon. Terlihat jelas di mobil itu melekat stiker logo  Muhammad Salim Landjar (salah satu calon yang tampil di Pilwako Kotamobagu). "Terus terang, saya curiga melihat gerak gerik orang-orang yang ada di dalam mobil itu. Namun karena sudah larut malam, Ayu pun keluar dari salon menemui kami dan menyuruh supaya kami langsung pulang dan nanti kembali esok, sambil memberikan uang jajan kepada Indri," tutur Fat.
Tapi, ketika dia dan Indri beranjak pulang, tambah Fat, dia sempat menengok ke mobil Yaris putih tersebut. Lima orang di dalam mobil menunjukkan gerak gerik yang sangat mencurigakan. Bahkan, tegas Fat, dia melihat dua dari lima orang itu sempat turun dari mobil. "Namun ketika melihat kami, mereka langsung berpaling dan seakan-akan hendak  menyembunyikan wajah  mereka," katanya.
Keesokan harinya, Senin, 17 Juni 2013, sekitar pukul 14:00 WITA, Fat dan Indri langsung bergegas ke salon Ayu karena hari sudah petang, sedangkan Ayu meminta mereka untuk datang pukul 09.00 pagi. Sebelumnya, beberapa kali Fat mencoba menghubungi HP Ayu demi memberitahu bahwa mereka akan datang terlambat, tapi HP Ayu tidak akatif. "Langsung saja walau sudah beberapa jam terlambat saya ajak Indri ke salon Ayu. Setiba di situ saya merasakan sesuatu yang tidak seperti biasanya, sebab tak biasa sudah lewat tengah hari Ayu belum membuka salonnya, karena pintu depan terkunci dan di dalam salon tak terdengar ada kegiatan sedikitpun," ungkap Fat.
Barulah setelah Indriani berjalan ke arah toilet di belakang salon itu, Fat diberitahu bahwa pintu belakang salon dalam keadaan terbuka. Merasa curiga melihat situasi itu, remaja cantik itu segera masuk ke dalam. Namun, betapa kagetnya Indri begitu melihat lantai salon dan tempat cuci (wastafel) penuh dengan darah. Selain itu, Indri juga melihat ada kaki orang dalam kondisi yang terikat.
Tak kuat melihat situasi tersebut, Indri langsung berlari ke luar dan memanggil ibunya. "Langsung saja kami bersama-sama masuk dari pintu belakang itu. Ternyata kami melihat tubuh Ayu berlumuran darah, dan kami pun langsung berteriak. Mendengar teriakan kami, sejumlah tetangga pun langsung berdatangan ke salon, sehingga tempat tersebut langsung di penuhi warga sekitar," papar Fat.
Menurut Fat, Ayu mereka temukan dalam posisi terlentang di sofa sudah tak bernyawa.  Tangan dan kakinya terikat, mulutnya disumpal lakban putih, sedangkan wajahnya lebam membiru. Dan, telinga, mata, dan kepalanya, berlumuran darah akibat hantaman benda keras.
***
MENYIKAPI kematian Ayu, Keluarga Basalama diwakili Gathan Basalama (45) adik kandung Ayu mengatakan kepada bnn, mereka sangat kecewa dengan peristiwa kematian Ayu yang sangat sadis dan tidak manusiawi itu.
Gathan pun secara terbuka menyatakan kekecewaan keluarga pada kinerja lembaga-lembaga hukum yang ada di Indonesia. "Pasalnya, ketika Ayu diculik dan dianiaya, kami sudah sempat demo di Mabes Polri dengan harapan supaya Kapolri dapat menindak tegas dan memeriksa tuntas kasus penculikan dan penganiyaan Ayu. Kami pun langsung diterima di ruangan Kadiv Humas, dan pihak Mabes Polri menjanjikan kami waktu satu minggu, kasus itu akan segera dituntaskan," kata Gathan.
Setelah itu perjuangan mencari keadilan itu berlanjut hingga ke Komnas HAM, Ombutsman, Kontras, dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). "Bahkan di LPSK itu kami lapor dan meminta supaya saudara kami Ayu dan keluarganya diberikan perlindungan. Tapi beberapa dari kami termasuk kerabat-kerabat dekat keluarga, dikatakan LPSK akan dirapat paripurnakan terlebih dahulu paling kurang satu bulan," ujar Gathan.
Mendengar jawaban tersebut, ungkap Gathan, keluarga Ayu sempat marah dan meminta kejelasan. "Yang benar aja, masa saudara kami sudah jadi korban koq harus tunggu satu bulan? Namun pihak LPSK menjelaskan bahwa saat ini mereka masih mempriotaskan para koruptor. Karena kecewa mendengar jawaban itu, kami sempat berdebat dan menanyakan apa bedanya kasus para koruptor dan kasus penindasan penguasa kepada masyarakat kecil seperti kami?" tutur Gathan seputar kinerja LPSK yang sungguh-sungguh mengecewakan itu.
Hingga Ayu tewas bahkan sampai saat berbincang dengan bnn saat itu, tegas Gathan, tidak sedikit pun ada tanda-tanda perlindungan dari LPSK. "Memang satu hari setelah Ayu dibunuh, ketika salah seorang rekan keluarga kami menanyakan kembali soal perlindungan terhadap Ayu dan keluarganya kepada pihak LPSK, mereka menjawab bahwa LPSK sudah mengutus 4 orang. Kami merasa pernyataan itu aneh, karena sepanjang masa hidup Ayu setelah diculik dan dianiaya hingga dia dibunuh, Ayu dan kami keluarga tidak pernah menerima pemberitahuan itu apalagi perlindungan. Kami yakin, bila perlindungan dari  LPSK itu ada, pasti Ayu belum dibunuh hingga saat ini. Jadi, apa sesungguhnya fungsi LPSK itu? Bagi penguasa atau para koruptor yang banyak uang mungkin ya. Tapi bagi rakyat kecil, institusi yang pasti juga didanai uang negara alias uang rakyat itu sebaiknya dibubarkan saja, karena LPSK itu cuma jadi benalu bagi masyarakat kecil di negeri ini," tegas Gathan.  
Tak cuma kinerja LPSK yang jadi sasaran kekecewaan keluarga besar Basalam, tetapi juga kinerja Polres Bolaang Mongondow hingga Polda Sulut. Pasalnya sederhana saja, tutur Gathan, sambil berujar: "Mengapa baru setelah Ayu tewas, para tersangka yang terlibat pada kasus sebelumnya (penculikan dan penganiayaan Ayu, red) tiba-tiba saja langsung ditangkap. Ini semua aneh, seperti sudah diatur dalam sinetron, karena berkali-kali kami melaporkan kasus itu ke Mapolres Bolaang Mongondow bahkan ke Mapolda Sulut, tetapi para pelaku kejahatan itu tidak ditangkap. Semua ucapan dan janji pihak Kepolisian cuma jadi sorga telinga saja," ungkap Gathan geram.
Menurut dia, andaikan pada kasus pertama kedua institusi Kepolisian itu (Polres Bolmong dan Polda Sulut, red) serius melakukan tugasnya, keluarga sangta yakin tidak mungkin peristiwa pembunuhan Ayu itu bisa terjadi. "Ini keyakinan seluruh keluarga, sehingga kini kami menilai kinerja Polisi sangat lambat, dan selalu saja pilih kasih," tegas Gathan.
Alasannya, pihak keluarga Ayu merasa dibohongi Polres Bolmong, sebab ketika Gathan dan Ayu mengecek perkembangan laporan kasus pertama itu, salah satu kepala bagian operasi (KBO) di Polres Bolmong berujar: "Para pelaku esok sudah akan ditangkap, dan sudah ada sprin (surat perintah, red) penangkapan. Tapi setelah kami cek ke beberapa anggota buser Polres Bolmong, ternyata sprin itu tidak pernah ada!" tutur Gathan.
Sejak itulah, menurut Gathan, seluruh keluarga menilai ada yang tidak beres di Polres Bolmong, sehingga keluarga langsung berjuang ke Jakarta agar aspirasi keluarga besar Ayu didengar oleh Presiden dan Kapolri.
Gathan mengatakan, baik pada peristiwa penculikan dan penganiayaan, bahkan kemudian juga peristiwa pembunuhan Ayu, keluarga besar Basalama yakin dan berani menyimpulkan serta menuding bahwa Bupati Boltim, Sehan Salim Landjar-lah dalangnya. "Makanya, ketika membaca pemberitaan bnn di edisi 57 hal. 12-13 berjudul "Bupati Boltim Dalangi  Penculikan Ayu," substansi berita itu menyejukkan hari keluarga. Karena itulah fakta peristiwa sebanrnya. Semuanya benar, tidak ada yang salah, karena keluarga punya bukti yang kongkrit dan bisa kami buktikan di pengadilan seperti yang dituliskan bnn."
Hingga berita naik ke meja sunting redaksi di Jakarta, Bupati Boltim, Sehan Salim Landjar, belum berhasil dikonfirmasi. Sedangkan Kapolres Bolmong, AKBP Hisar Siallagan, ketika dikonfirmasi hari Minggu, 23 Juni 2013, mengatakan bahwa kasus tewasnya Ayu masih   dalam penyidikan. "Pokoknya tunggu aja waktunya, yang pasti untuk kasus ini kami tidak main-main. Siapa saja yang terlibat pasti kami tangkap," tegas Siallagan.
Sejumlah tokoh masyarakat Bolmong yang enggan namanya dimediakan ketika diwawancari bnn, mengapresiasi semangat Kapolres dalam membongkar kasus pembunuhan Ayu. Bahkan salah seorang tokoh masyarakat berujar menantang Kapolres: "Pak, jika keluarga Basalama berani menuding Bupati Sehan Salim Landjar, berarti mereka punya dasar atau bukti. Jadi,  kami sarankan kalau Bupati tersebut memang terlibat, buktikan bahwa Pak Kapolres siap  menangkap dan memenjarakan Bupati Boltim itu, supaya tak ada lagi korban-korban berikut.
***
HAMPIR dua pekan sebelum Ayu dibunuh, hari Rabu pagi sekitar pukul 07.00 WITA, 05 Juni 2013, Ayu dan sahabatnya Ketua Umum Forum Komunikasi Waria Indonesia, Yulianus Retoblaut SH  alias mami Yuli, sempat diwawancarai wartawan bnn, Adrian Pusungunaung, dan crew GOTV, Kristian Tangkere, di Bandara Sam Ratulangi setiba mereka dari Jakarta. Malam harinya,  GOTV langsung menayangkan hasil wawancara itu dengan durasi sekitar 6 menit.
Saat wawancara itulah, Ayu berterima kasih kepada bnn  karena sudah memberitakan pada ed57 hal. 12-13 fakta yang memang sesungguhnya dialaminya.
Menurut Ayu, keesokan harinya setelah Tabloid bnn ed57 itu beredar di Jakarta dan di Sulut, tiba-tiba saja dia ditelpon oleh penyidik Polda dan menyampaikan bahwa Polda Sulut sudah menetapkan beberapa tersangka atas laporan penculikan dan penganiyaan yang dialaminya pada 17 Maret 2013. "Saya dan keluarga mengucapkan banyak terima kasih kepada Tabloid bnn, karena sudah menaikkan berita yang sesuai dengan fakta yang saya alami ketika diculik dan disiksa itu," kata Ayu kepada bnn.  
Ketua Umum Forum Komunikasi Waria Indonesia  (FKWI), mami Yuli, mengecam keras peristiwa penculikan dan penganiyaan tersebut. "Siapapun dan apapun status pelaku dan dalangnya, sepantasnya mereka mendapat perlakuan hukum yang setimpal dengan perbuatan mereka yang sadis itu," kata Yuli.
Dan, Yuli mengatakan pula, siapapun dan apapun status Ayu, yang penting dia Warga Negara RI, pasti FKWI akan membelanya. "Apalagi Ayu adalah salah satu anggota atau kaum kami, maka wajarlah bagi kami untuk memperjuangkan kasus ini sampai tuntas. Pasalnya,  peristiwa yang dialami Ayu tergolong sadis, sehingga dalam penilaian kami kasus Ayu itu adalah kategori kasus pelanggaran HAM berat. Maka apapun yang terjadi, sampai titik darah penghabisan HAM harus ditegakkan, karena HAM adalah bagian atau hak dari setiap manusia yang hidup di NKRI," tegasnya.
Yuli mengatakan, kehadirannya di Sulut selain mengujungi satu kegiatan di Kota Kotamobagu, dia juga akan mencoba untuk mengklarivikasi kasus Ayu dan memastikan kebenaranya, sehingga nanti di pusat (Jakarta) kami semua akan bergandengan tangan untuk berjuang dan membantu Ayu sampai ke lembaga-lembaga pusat seperti Komnas HAM, LPSK, Kontras, Ombutsman, Mabes Polri, dan bahkan sampai ke Presiden.
Dengan harapan, kata dia, peristiwa pelanggaran HAM ini harus mendapat kepastian dan keadilan hukum yang benar dan adil. "Karena siapapun dia, kalau dia itu bersalah, maka dia itu harus di adili. Jika nanti kami temukan ada permainan di kasus penculikan dan penganiayaan Ayu, maka kami akan terus maju dan akan melakukan gerakan-gerakan demo di Jakarta, seperti aksi damai di kantor-kantor pusat dengan  tujuan mendorong pemerintah agar para pelaku dapat didatangkan ke Mabes Polri," tutur Yuli.
Kepada bnn Ayu pun sempat menceritakan perjuangannya di Jakarta, bahwa setelah sepuluh hari di ibukota, dia sudah sempat menggelar jumpa pers di Komnas HAM, dan sudah ada kemajuan atau titik terang.
Bahkan Polda Sulut, kata dia, sudah menghubunginya dan menyampaikan bahwa beberapa orang yang terlibat dalam pemukulan seperti okunum Ajudan Bupati Boltim Bripka RM alias Onal, sudah mengakui perbuatannya di hadapan penyidik Polda. "Info itu mengatakan, Onal mengakui bahwa yang menyuruhnya menculik dan menganiaya saya, adalah adik Ipar   Bupati Boltim bernama Romi Runggio. Info itu disampaikan oleh Ibu Elizabeth, salah satu penyidik di (Reskrim, red)) Polda Sulut via HP kemarin, 04 Juni 2013," ungkap Ayu.
Dan, atas dasar pemberitaan Tabloid bnn edisi 57 hal. 12-13, Ayu mengatakan bahwa dia minta kepada para penegak hukum ayu agar Bupati Sehan Landjar, Istrinya, dan adiknya, harus diperiksa dan diusut sampai tuntas. "Sebab saya menduga, otak di balik penculikan dan penganiyaan terhadap saya adalah Bupati Boltim. Pasalnya, kronoligis peristiwa yang tertulis di Tab bnn itulah fakta yang sungguh-sungguh terjadi pada saya," tutur Ayu.
Akibat penganiyaan yang dialaminya itu, Ayu sempat mengatakan bahwa salaa satu bagian mata sebelah kanannya sudah divonis dokter terancam cacat, akibat luka memar yang dialaminya pada kasus tersebut. "Hasil itu saya peroleh setelah memeriksakan mata saya itu pada 7 orang dokter ahli mata, di salah satu rumah sakit mata di Jakarta. Selain itu, bagian dada saya yang mengalami patah tulang, kini sangat terganggu bila saya bekerja. Dan, yang paling menyedihkan, kepala saya ini kalau berpikir terlalu banyak langsung terasa pusing dan sakit sekali. Kendati saya sudah berobat, sampai saat ini tetap masih sakit," ujar Ayu.
***
HARI Minggu sekitar pukul 16.00 sore, 16 Juni 2013, beberapa jam sebelum Ayu dibunuh, bnn sempat mengontak Ayu di Kota Kotamobagu melalui HP dari Wewelen, Tondano, Kabupaten Minahasa. Saat itu, Ayu menjawab pertanyaan bnn, bahwa perkembangan proses hukum atas penganiyaan dirinya berjalan lambat. "Entah mengapa seperti itu, yang jelas dari pemberitaan pun saya agak protes, karena ada fakta yang menyimpang pada penganiyaan diri saya itu," kata Ayu, dalam perbincangan jarak jauh sekitar 20 menit dengan bnn.
Menyusul fakta yang menyimpang pada pemberitaan koran lokal berskala provinsi di Sulut itu, Ayu mengatakan, dia akan mencari dan menghubungi si wartawan untuk klarivikasi berita yang ditulisnya. Alasannya, papar Ayu, di dalam berita harian terbitan hari Sabtu, 15 Juni 2013, tertulis kalimat: Kapolres Bolmong, AKBP Hisar Siallagan SIk, memberikan komentar bahwa sopir Landjar jadi tersangka kasus aniya banci. "Padahal, kan saya sudah katakan dan diberitakan bnn, bahwa yang menculik dan menganiaya saya adalah Ajudan Bupati Boltim yang oknum Polisi, bukan sopir," ujar Ayu.
Tak jelas apakah Ayu sudah menghubungi awak media itu dan sudah menyepakati tempat pertemuan tersebut, maka bnn menyarankan agar Ayu lebih lagi berhati-hati bila berhubungan dengan orang-orang yang belum terlalu dikenalnya. Soal niat Ayu untuk bertemu dengan awak media tertentu itu, seorang tante Ayu (Silvy) yang berdomisili di Jakarta membenarkan kepada bnn Sulut.
Menurut Silvy, sekitar pukul 19.00 WIB atau sekitar pukul 20.00 WITA, Ayu mengontak dia dan mengabarkan bahwa Ayu akan menemui wartawan dari salah satu harian lokal di Sulut, demi mengklarivikasi fakta berita yang salah soal penculikan dirinya.
Berkehendak lebih jauh untuk mengetahui apakah rencana pertemuan itu sudah disepakati Ayu dan awak media tersebut, bnn Jakarta mengontak Silvy. Namun, Silvypun tak jelas, apakah Ayu sudah berkomunikasi dengan si wartawan, pada jam berapa, serta kapan waktu  pertemuan dan di mana tempatnya. Dari perbincangan sekitar 10 menit dengan Silvy, bnn tak banyak mendapat dukungan data, sebab Silvy terkesan agak menutup diri terhadap media. (tim)


1 komentar: